MENAG: POLITISI JADIKAN HAJI SEBAGAI PANGGUNG POLITIK

id

     Mataram, 26/1 (ANTARA) - Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, politisi sudah menjadikan haji sebagai panggung politik sehingga seringkali mengkritisi penyelenggaraan ibadah haji tanpa alasan yang mendasar.

     "Soal penyelenggaraan haji, tidak ada komplain dari jamaah haji, yang komplain itu politisi karena haji sudah menjadi panggung politik," kata Suryadharma, saat meresmikan penggunaan gedung baru Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram, Sabtu petang.

     Gedung baru Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTB yang diresmikan penggunannya itu masih tetap di lokasi lama, atau hanya terjadi renovasi kantor sekaligus peningkatan infrastrukturnya dari lantai dua menjadi lantai empat.

     Menag menyayangkan sikap politisi tertentu yang melakukan peninjauan lokasi pemondokan jamaah haji Indonesia di Arab Saudi, kemudian secara sepihak mengomentasi di media massa tentang kelemahan penyelenggara haji.

     "Politisi lakukan peninjauan ke sana (Arab Saudi), lihat ini dan itu langsung koran (keterangan pers). Lihat sebelah sana ada ini dan itu langusng koran, bahkan ada nyamuk di Padang Arafah pun masuk koran. Gara-gara ada nyamuk Menteri Agama dibilang tidak profesional. Coba, jadi aneh bin ajaib," ujarnya.

     Suryadharma yang juga politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu memastikan pada musim haji 2012, tidak ada jamaah haji yang komplain terkait ketidaknyaman di lokasi pemondokan jamaah haji Indonesia di Arab Saudi.

     Ia pun langsung mengkonfirmasi kepada para kyiai di wilayah NTB yang menghadiri peresmian gedung baru Kanwil Kementerian Agama NTB itu.

     "Saya yakin di sini ada kyai yang setiap tahun diberikan jatah haji ke sana, tahu persis, apakah ada penurunan atau peningkatan penyelenggeraan haji. Pastilah mereka (para pembimbing haji) mengetahui perkembangan dari tahun ke tahun yang mengalami perbaikannya," ujarnya.

     Ia mencontohkan, pada musim haji 2009 lokasi pemondokan jamaah haji Indonesia berada pada radius delapan kilometer dari Masjidil Haram.

     Jarak dari lokasi pemondokan itu ke Masjidil Haram berkurang menjadi radius empat kilometer pada musim haji 2010, dan berkurang lagi menjadi 2,5 kilometer pada musim haji 2011.

     "Bagi yang berangkat haji beberapa kali pasti tahu dan rasakan bedanya jika lokasi pemondokan jamaah haji Indonesia makin berkurang jaraknya. Bagi yang tahu silahkan bercerita jelaskan ke publik, bagaimana perjalanan ibadah haji itu, dan bagaimana jamaah haji Indonesia dipuja-puji oleh jamaah haji dari negara lain," ujarnya.

     "Bahkan, penyelenggara ibadah haji Indonesia juga dipuji oleh penyelenggara dari negara lain. Banyak negara-negara yang meminta supaya Indonesia memberikan pengetahuannya bagaimana menyelenggarakan ibadah haji dengan baik," ujarnya.

     Suryadharma mengaku heran ketika penyelenggaraan haji di Indonesia, dijadikan bulan-bulanan kritikan, sementara disisi lain mendapat pujian dari negara lain.

     "Dapat pujian dari negara lain tetapi bangsa sendiri yakni para politisi tidak sama sekali bangga atau berikan apresiasi. Tapi tidak apa-apa kami bekerja dengan sebaik-baiknya," ujarnya sembari berjanji akan datang ke NTB lagi guna melepas kelompok terbang (kloter) jamaah haji di Embarkasi Haji Lombok, September mendatang. (*)