Krisis Air Bersih di NTB Semakin Meluas

id Air Bersih

Beberapa desa yang lebih dulu dilanda kekeringan, hingga kini masih menghadapi krisis air bersih, seperti Desa Batu Nampar, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur
Mataram,  (Antara) - Krisis air bersih yang melanda sebagian wilayah Nusa Tenggara Barat, khususnya di Pulau Lombok bagian selatan, akibat kemarau panjang semakin meluas.

Kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTB Bachrudin di Mataram, Senin, mengatakan meski tidak mengingat berapa desa yang dilanda kekeringan, namun pihaknya memastikan krisis air bersih yang dialami masyarakat di bagian selatan Pulau Lombok itu, masih bisa diatasi pemerintah.

"Yang jelas masyarakat masih dapat menikmati air bersih dari pemerintah yang didistribusikan melalui mobil-mobil tangki ke desa mereka," kata Bachruddin.

Menurutnya, pasokan air bersih ke desa-desa yang dilanda krisis air bersih seperti di dua Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Selatan, masih tetap bisa terlayani dengan baik.

"Itu setiap hari ada 5-6 unit mobil tangki air bersih kita turunkan ke desa-desa yang dianggap paling parah kekeringannya," ujarnya.

Selain itu, disebutkan Bachrudin, beberapa desa yang pada awal lebih dulu dilanda kekeringan hingga kini masih menghadapi krisis air bersih, seperti Desa Batu Nampar, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.

Ia mengatakan pada awalnya terkejut karena bencana kekeringan lebih awal dari biasanya yakni dari April, padahal sebelumnya biasa terjadi antara Juni hingga akhir Oktober.

Meski demikian, kondisinya belum terlalu parah, sehingga pendistribusian air bersih masih bisa diatasi.

"Kita diminta suplai air itu minimal empat kali seminggu atau sekitar 20 ribu liter per minggu. Karena asumsinya kebutuhan air bersih warga di lokasi bencana kekeringan 40 liter per KK," jelasnya.

Anggaran pendistribusian air bersih itu bersumber dari APBD Provinsi NTB yang dialokasikan setiap tahun anggaran. Akan tetapi dalam menghadapi situasi seperti itu, ke depan pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota perlu memperbanyak kendaraan yang mendistribusikan air bersih, guna mengatasi kekeringan yang terjadi setiap tahun.

"Jadi ada dua hal yang perlu disiagakan menghadapi bencana kekeringan, perbanyak truk tangki dan pembuatan sumur bor," kata Bachrudin.

Namun, kalau pun dibuatkan sumur bor, tidak semua daerah yang biasa mengalami kekeringan dapat dibuatkan sumur bor, terutama di kawasan pesisir, karena pada kedalaman tertentu airnya asin, termasuk dalam kedalaman tertentu sudah tidak bisa menembus batu cadas.

"Itu hasil penjelasan Distamben, karena itu kita simpulkan solusi mengatasi dampak bencana kekeringan di Lombok dan Sumbawa, melalui sumur bor di lokasi tertentu, sedangkan lokasi lain tetap suplai menggunakan truk tangki," ujarnya.

Kepala BPBD NTB Wedha Magma Ardhi sebelumnya mengungkapkan, bahwa saat ini NTB masuk dalam darurat kekeringan. Karenanya, menghadapi kemarau panjang tersebut, pemerintah provinsi membentuk satuan gerak cepat tim penanggulangan bencana kekeringan.

Selain provinsi, pembentukan satuan gerak cepat tim penanggulangan bencana kekeringan, juga akan diikuti di setiap kabupaten/kota di NTB.

"Jadi masing-masing kabupaten/kota membentuk posko tanggap darurat bencana," kata Magma.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah NTB akan dilanda kemarau panjang, mulai Juni hingga Oktober mendatang.