Bersabung Nyawa di Atas Kapal yang Terbakar

id Gelis Rauh

Bersabung Nyawa di Atas Kapal yang Terbakar

KMP Gelis Rauh terbakar di perairan Selat Lombok (Ist)

Dalam suasana hati yang berontak, bayi dalam `bungkus` kain selimut tersebut oleh Diksa kemudian dicemplungkan ke permukaan air laut, sembari berharap ada tim SAR yang menyusul dapat menyelamatkannya
     Mataram,  (Antara) - "Tidak ada pilihan lain, selain saya harus melepaskan bayi yang terbungkus kain selimut ke atas permukaan air laut di tengah kegelapan malam," kata I Wayan Diksa, penumpang KMP Gelis Rauh yang terbakar di Selat Lombok, Kamis malam.

      Wayan Diksa yang menumpang bersama istri dan dua anaknya dari Pelabuhan Padangbai, Bali tujuan Pelabuhan Lembar, Nusa Tengagara Barat itu, mengaku tiba-tiba dikagetkan dengan munculnya kobaran api yang cukup besar dari bagian dek kapal.

      Kobaran api yang disertai suara-suara letupan yang cukup keras, membuat Wayan Diksa dan puluhan penumpang lain seketika panik dan kalang kabut berupaya menyelamatkan diri.

       Dalam kekalutan penumpang yang berebut pelampung dan berlarian tak tentu arah, pria asal Bangli, Bali itu harus terpisah dengan istrinya, Ni Made Widiasih (25), sementara dua anaknya I Gede Arya Mertadana (8) dan Kadek Arya Widiana (8 bulan), tetap berada dalam gendongan dan genggamannya.

      Melihat sejumlah penumpang lain telah menceburkan diri ke permukaan air laut, Diksa mengaku semakin kalut. "Mau menceburkan diri, bagaimana dengan nasib kedua anak saya," ujarnya dengan mata berkaca-kaca dan wajah tampak kuru setelah semalaman harus begadang.

      Apa boleh dikata, Diksa harus mengambil keputusan akhir, yakni dengan membuka jaket dan mengambil selimut yang tercecer di lantai kapal. Jaket dan selimut itu kemudian dipakai membalut sang bayi yang masih memerah tersebut.

      Dalam suasana hati yang berontak, bayi dalam `bungkus` kain selimut tersebut oleh Diksa kemudian dicemplungkan ke permukaan air laut, sembari berharap ada tim SAR yang menyusul dapat menyelamatkannya. Sementara anaknya yang berusia delapan tahun, dia ikat dengan lembaran kain di pinggang.



                          Satu ikatan

      Berada dalam satu ikatan di pinggang, Diksa bersama sang anak menyusul menceburkan diri ke permukaan air laut di tengah gegelapan malam, sementara kobaran api tampak semakin membesar menyelimuti sebagian badan kapal yang terombang-ambing diterjang gelombang.

      Keputusan itu diambil, karena Diksa tidak mungkin menyelamatkan kedua anaknya sekaligus, berhubung kedua tangannya selain digunakan untuk memegangi anak pertamanya, juga `mengayuh` tubuh untuk tetap bisa mengambang di atas permukaan air laut.

       "Tapi berkat kebesaran Tuhan, bayi kami akhirnya berhasil diselamatkan dan tidak mengalami luka apapun. Ini benar-benar perlindungan Tuhan," ujar Diksa, dengan kelopak mata sembab.

       Sungguh atas kebesaran Tuhan, kata Nengah Dana, relawan Radio Antar-Penduduk Indonesia (RAPI) Klungkung yang tergabung dengan tim SAR, bayi yang terapung-apung di atas permukaan air laut, berhasil ditemukan tim penyelamat.

      "Perut bayi agak kembung, namun setelah mendapat perawatan di Puskesmas Manggis, Karangasem, kesehatan bayi tampak telah mendekati pulih," ujar Dana.

      Bersamaan dengan itu, kata Ni Made Taman, relawan RAPI yang lain, menimpali, Diksa yang berada dalam satu ikatan dengan I Gede Arya Mertadana, ditemukan kapal lain yang juga dikerahkan untuk melakukan upaya penyelamatan.

      Begitu keluarga itu berkumpul di Pelabuhan Padangbai pada Jumat dini hari, seketika tangis Diksa dan Widiasih pecah sambil tidak henti-hentinya mencium dan memeluk erat-erat bayi Kadek Arya Widiana, yang baru berusia delapan bulan.

      "Tanpa terasa saya sampai ikut menangis melihat pemandangan itu. Ibu bayi nangis sampai histeris," ujar Made Taman, ibu rumah tangga yang kerap tergabung dalam aksi relawan RAPI.

      Tidak berlebihan, kata Made, seluruh penumpang dan bahkan beberapa anggota tim SAR yang harus ikut ceburkan diri ke laut dalam upaya penyelamatan, sungguh bersabung nyawa di tengah kegelapan malam dalam ayunan gelombang besar. Namun bersyukur, semuanya dapat berjalan lancar.



                          Berangkat malam

      KMP Gelis Rauh yang berangkat dari Pelabuhan Padangbai pada Kamis malam sekitar pukul 20.45 Wita dengan tujuan Pelabuhan Lembar, NTB, tiba-tiba diketahui terbakar setelah berlayar sekitar dua mil laut dari tempat pemberangkatan semula.

      Mengetahui musibah tersebut, sebanyak tujuh kapal baik yang sedang sandar di pelabuhan maupun yang tengah melintas di jalur Selat Lombok, langsung diperintahkan untuk melakukan operasi penyelamatan terhadap penumpang kapal yang tercatat sebanyak 76 orang.

      Operasi penyelamatan yang digelar sejak Kamis malam hingga Jumat pagi itu, kata Gede Ardana, petugas ASDP Padangbai-Lembar, berhasil menyelamatkan seluruh penumpang dan anak buah kapal (ABK) sebanyak 23 orang.

       Beberapa penumpang sempat mengalami luka-luka bakar dan luka gores saat mereka berebut menyelamatkan diri. Namun yang cukup mengkhawatirkan, tidak sedikit penumpang yang kini dicekam trauma.

      "Para korban luka bakar dan gores, serta yang dilanda trauma, kini tengah mendapat perawatan yang serius di Puskesmas Manggis," kata Ardana.

      Sedikitnya 30 dari 76 penumpang yang kondisinya cukup baik, telah diberangkatkan dengan kapal lain ke tempat tujuan awal mereka, yakni ke Pelabuhan Lembar, NTB.

      Petugas SAR gabungan yang diterjunkan ke tempat kejadian yang tidak jauh dari Pulau Nusa Penida itu, belum dapat menjelaskan penyebab timbulnya percikan api yang kemudian menjadi besar tersebut.

      Menurut petugas, para penumpang berhasil diselamatkan saat mereka sedang terapung-apung di permukaan air laut setelah terjun dari atas kapal yang terbakar.

      Belum diketahui secara pasti adanya korban jiwa dari musibah tersebut, sehubungan kapal yang kini teronggok di perairan dekat Pulau Nusa Lembongan, kondisinya masih belum aman untuk dapat dilakukan pemeriksaan, karena asap masih tampak mengepul dari dalam perahu besi yang mengambang itu.