Wisatawan Adu Nasib lewat Kerajinan Bambu

id Pengrajin bambu

Wisatawan Adu Nasib lewat Kerajinan Bambu

Frame kaca yang dibingkai bambu (Ist)

Sebenarnya latar belakang keluarga saya adalah pegawai negeri. Saya dulu juga sempat diarahkan ke pekerjaan itu. Tapi saya kurang berminat karena ingin memperbaiki taraf perekonomian agar lebih layak. Ibaratnya, saya mengadu nasib melalui usaha bambu
Melimpah ruahnya bahan baku beragam bambu di lingkungan Bangli, Bali, memercikkan ide bagi sebagian perajin untuk mengolahnya menjadi bahan kerajinan yang terlihat estetis dan mengandung nilai ekonomis tinggi.

Putra Wisatawan, salah seorang perajin bambu asal Banjar Nyalian, Bangli, menyatakan, dirinya tertarik berkecimpung di bidang kerajinan berbasis bambu, karena bahan bakunya tidak sulit didapatkan.

Bangli merupakan sentra berbagai jenis bambu yang memiliki kualitas baik dan mempunyai corak yang unik. Tanaman bambu tidak asing dijumpai di kebun penduduk, tepi sungai, pinggir jurang atau bahkan berbagai sudut perkampungan.

Melimpahnya potensi bambu di Bangli, membuat warga berkreasi membuat berbagai jenis `handicraft`, mulai dari kerajinan untuk keperluan rumah tangga atau suvenir untuk turis yang berkunjung, yang dipajang pada `art shop` dan banyak dijumpai di sepanjang jalan Bangli. Kerajinan bambu ini tidak hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, namun telah menjangkau hingga pasaran mancanegara.

"Walau sebagian besar penduduk menjalani profesi sebagai perajin bambu, namun sebenarnya latar belakang keluarga saya adalah pegawai negeri. Saya dulu juga sempat diarahkan ke pekerjaan itu. Tapi saya kurang berminat karena ingin memperbaiki taraf perekonomian agar lebih layak. Ibaratnya, saya mengadu nasib melalui usaha bambu," ujar lelaki ini.

Terdorong niat yang besar untuk memperbaiki kehidupan, pada tahun 2000 Wisatawan memulai usaha bambu dengan mendirikan art shop bernama Ade Prima Bambu. Usaha ini didirikan dengan modal antara Rp3-Rp5 juta.

Berbagai model kerajinan pun mulai dibuat Putra, menyesuaikan selera konsumen. Menggunakan beragam jenis bambu, lelaki tamatan sekolah menengah atas ini mengeksplorasi bahan baku menjadi barang kerajinan berupa lampu hias, bingkai foto, cermin, meja dan bermacam-macam hiasan dinding.



Lonceng Burung

Produk yang paling menyita perhatian konsumen adalah jenis lonceng bambu berbentuk burung. Lonceng ini bisa mengangguk-anggukkan kepala menyerupai tingkah laku burung di alam bebas yang sedang mematuk makanan.

"Kalau produk saya sedang diikutkan pameran, lonceng ini paling diminati pengunjung. Harganya terjangkau, yaitu Rp50 ribu," kata lelaki berusia 42 tahun ini, seraya menambahkan produk lain yang tidak kalah digemari adalah vas bunga gantung, frame kaca, lampu hias dan meja laptop.

Meski optimistis produk kerajinan dari bambu masih memiliki peminat, namun Wisatawan berusaha realistis jika usahanya mengalami pasang dan surut. Ketika lagi ramai, Wisatawan menyatakan tidak jarang mendapatkan pesanan kerajinan bambu dari `agent` untuk dikirim ke luar negeri. Khususnya ke Eropa dan Amerika. `Buyer` di luar negeri cenderung suka memesan barang dengan beragam fungsi dan berbentuk minimalis.

"Kalau untuk pasar lokal, saya memiliki pelanggan dari Jakarta dan Medan, yang secara kontinyu memesan kerajinan bambu khas Bangli. Pelanggan lokal ini melihat kerajinan saya ketika datang ke Pesta Kesenian Bali (PKB) yang diadakan setahun sekali," ujar dia.

Pelanggan lain yang setiap bulan memesan adalah sejumlah art shop dari Tegalallang, Gianyar. Masing-masing art shop, rata-rata memesan beragam jenis kerajinan dengan jumlah berkisar 50-100 pieces produk per bulan. Pemesanan dari art shop di Tegalallang ini menjadi salah satu andalan Wisatawan untuk meneruskan laju kelangsungan usaha.

Wisatawan menyebutkan, dalam sebulan omzet yang didapatkan bisa mencapai Rp10 juta - Rp15 juta. Kalau mengikuti pameran, misalnya PKB yang rutin diadakan setiap tahun, maka omzet bisa meningkat drastis hingga 200 persen.



Bambu Tali

Produk kerajinan Wisatawan, mayoritas menggunakan bahan baku bambu tali. Jenis bambu ini memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan lainnya karena berukuran kecil, sesuai bisa diaplikasi untuk berbagai macam kerajinan seperti windcam atau frame. Selain itu, bambu tali juga memilliki ketahanan tersendiri hingga bertahun-tahun.

Bambu tali dibeli Wisatawan dari lingkungan tempat tinggalnya. Satu ikat bambu, harganya Rp60 ribu. Setiap ikatan, ada yang berisi lima atau enam batang bambu, tergantung besar dan kecilnya ukuran.

Jenis bambu lain yang digunakan sebagai bahan kerajinan adalah bambu petung dan hitam. Bambu petung lebih kerab digunakan untuk pembuatan kursi atau meja. Keunggulan bambu petung adalah mempunya dinding yang tebal dan kokoh. Diameter bambu petung bisa mencapai lebih dari 20 cm, dan tanaman ini gampang dijumpai di berbagai pelosok Nusantara.

Sedangkan bambu hitam, menjadi tanaman koleksi di Kebun Raya Bogor. Di kalangan masyarakat Jawa, bambu ini disebut `pring wulung`. Keistimewaannya adalah tekstur seratnya berkualitas bagus. Bambu hitam bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, baik untuk rumah, gazebo atau berugaq. Di samping itu, bambu hitam juga banyak dicari untuk bahan membuat kerajinan karena memiliki keindahan pada serat, tampilan menarik dan kuat.

"Syukurnya, untuk bahan baku bambu, kami belum mengalami kesulitan. Hanya sebagai pelaku usaha, kami mengharapkan pemerintah lebih memperhatikan nasib perajin. Sekarang ini yang justru mendapatkan perhatian malah pengepul, sehingga pengepul yang justru meningkat tingkat kesejahteraan hidupnya," kata Wisatawan, seraya menyatakan siap menerima pesanan berbagai macam kerajinan yang berbahan baku bambu.

*) Tri Vivi Suryani adalah penulis buku dan artikel