Produsen Madu Lombok Utara Kewalahan Penuhi Permintaan

id Lombok Utara

Produsen Madu Lombok Utara Kewalahan Penuhi Permintaan

Ilustrasi - Lebah penghasil madu (Ist)

Pada musim kemarau seperti sekarang permintaan sedang ramai karena madu yang diproduksi lebih bagus kualitasnya dibandingkan saat musim hujan
Mataram,  (Antara) - Peternak lebah madu di Desa Mumbul Sari, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, kewalahan memenuhi permintaan konsumen karena volume produksi masih terbatas.

"Pada musim kemarau seperti sekarang permintaan sedang ramai karena madu yang diproduksi lebih bagus kualitasnya dibandingkan saat musim hujan," kata Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Geger, Girang Genem (3G) Desa Mumbul Sari Syafruddin di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat.

KUB 3G memproduksi madu melalui teknik budi daya menggunakan rumah sarang lebah madu terbuat dari papan kayu berukuran mini.

Syafruddin mengatakan, jumlah anggotanya yang terlibat sebagai peternak lebah madu sebanyak 32 orang dengan volume produksi mencapai 400 hingga 500 liter per tahun.

Proses penjualan lebih banyak dilakukan dengan cara menerima pesanan langsung dari konsumen.

"Ada memang yang kami pasarkan di Kota Mataram, melalui Koperasi Dinas Kehutanan NTB, dan Koperasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia selaku instansi yang membina kami. Tapi jumlahnya juga terbatas," ujarnya.

Melihat peluang pasar yang cukup bagus, kata dia, pihaknya saat ini sedang mempersiapkan penambahan jumlah rumah sarang lebah sebanyak 200 unit, di mana dananya bersumber dari iuran wajib kelompok.

Dengan adanya penambahan rumah sarang lebah tersebut diharapkan volume produksi akan semakin bertambah untuk memenuhi permintaan konsumen.

Namun, lanjut Syafruddin, upaya menambah skala produksi masih dihadapkan pada kendala ketersediaan pakan berupa jenis bunga yang menjadi sumber makanan lebah.

Sumber pakan yang tersedia saat ini masih sebatas pada jenis bunga pohon dadap dan pohon kapuk.

"Kami menginginkan ada aneka jenis bunga yang bisa jadi sumber pakan, sehingga mempengaruhi kualitas rasa madu. Tapi itu masih sulit kami wujudkan. Apalagi pada musim hujan, bunga agak jarang," ucapnya.

Kendala lainnya, kata Syafruddin, adalah menekan kadar air yang terkandung dalam madu sebagai akibat musim hujan.

Pihaknya memang pernah mendapatkan bantuan alat peniris madu untuk mengurangi kadar air, namun alat tersebut tidak sesuai harapan. "Alat itu tidak kami pakai lagi. Agak repot menggunakannya dan hasilnya tidak seperti yang kami harapkan," katanya.