Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di NTB Melambat

id Perbankan syariah

Aset perbankan syariah pada triwulan II tahun 2014 tumbuh sebesar 18,60 persen atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 25,00 persen
Mataram,  (Antara) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat mencatat perkembangan bank umum syariah di daerah itu menunjukkan pelambatan, yang tercermin dari aset dan pembiayaan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Bambang Himawan di Mataram, Minggu, menyebutkan aset perbankan syariah pada triwulan II tahun 2014 tumbuh sebesar 18,60 persen atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 25,00 persen.

"Pembiayaan juga mengalami pelambatan pertumbuhan dari triwulan I/2014 sebesar 25 persen menjadi 17,48 persen," katanya.

Menurut dia, pelambatan bank syariah umum tertahan oleh peningkatan pertumbuhan dana pada triwulan II/2014 yang mencapai 26,86 persen, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 16,89 persen.

Secara nominal, lanjut Bambang, aset perbankan syariah pada triwulan II/2014 sebesar Rp2,00 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1,94 triliun.

"Sementara pembiayaan dan dana masing-masing sebesar Rp1,95 triliun dan Rp918,16 miliar," sebutnya.

Ia mengatakan, dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah yang didominasi oleh tabungan meningkat seiring dengan peningkatan tabungan yang signifikan, yakni dari 12,65 persen menjadi 27,19 persen pada triwulan laporan.

Deposito juga mengalami pelambatan pertumbuhan dari 34,89 persen menjadi 32,48 persen.

Sementara kontraksi giro perbankan syariah mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 10,84 persen menjadi kontraksi sebesar 4,58 persen.

Berdasarkan pangsanya, simpanan dalam bentuk tabungan masih mendominasi dengan nominal sebesar Rp651 miliar atau sebesar 70,98 disusul deposito sebesar Rp231 miliar atau sebesar 25,21 persen dan giro sebesar Rp35 miliar atau 3,82 persen.

Bambang menambahkan, pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah mengalami pelambatan dari 25,00 persen menjadi hanya 17,48 persen, terutama bersumber dari pelambatan pembiayaan investasi.

"Pembiayaan investasi yang mengalami kontraksi sebesar 28,66 persen, melambat secara signifikan dibandingkan triwulan I/2014 yang masih tumbuh positif sebesar 30,25 persen," ucapnya

Berdasarkan nominal, kata dia, pembiayaan investasi pada triwulan II/2014 sebesar Rp253 miliar, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp406 miliar.

Pembiayaan modal kerja juga mengalami pelambatan dari 49,46 persen menjadi 41,12 persen. Pelambatan pembiayaan tertahan oleh pembiayaan konsumsi yang masih tumbuh 25,62 persen, meningkat dari sebelumnnya sebesar 14,44 persen.

Berdasarkan pangsa nominal, pembiayaan konsumsi mencapai Rp1,18 triliun atau sebesar 60,27 persen, disusul kemudian pembiayaan modal kerja sebesar Rp522 milyar atayu 26,75 persen dan pembiayaan investasi sebesar Rp253 miliar atau sebesar 12,97 persen.

Kualitas pembiayaan syariah mengalami penurunan yang tercermin dari "non performing finance" (NPF) yang naik dari 2,13 persen menjadi 2,66 persen.

"Fungsi intermediasi perbankan syariah yang tercermin dari "financing to deposits ratio" (FDR) mengalami penurunan seiring dengan peningkatan dana dan penurunan pembiayaan," kata Bambang.