Resensi Buku - Kisah Mahadaya Kasih antara Ibu dan Anak

id Ma Yan

Resensi Buku - Kisah Mahadaya Kasih antara Ibu dan Anak

Novel Ma Yan (Ist)

Hidup Ibu menderita. Bila aku berhenti sekolah, aku akan menjadi seperti Ibu dengan segala penderitaan itu. Apakah itu yang harus terjadi kepadaku?
Gadis kecil itu, Ma Yan, rela menanggung kesakitan, karena kakinya membengkak setelah berjalan kaki lima jam supaya dapat bersekolah dan ikhlas menanggung derita kelaparan selama 15 hari agar bisa menabung untuk membeli pensil.

Ketangguhan Ma Yan yang berasal dari Zhangjiashu, sebuah desa di pedalaman Tiongkok, untuk dapat terus bersekolah di tengah himpitan belenggu kemiskinan yang mendera keluarganya, menjadi untaian cerita yang terjalin melankolis pada novel berjudul Ma Yan.

Buku ini merupakan buah karya Sanie B Kuncoro yang diterbitkan Penerbit Bentang Pustaka dan sudah beberapa kali mengalami cetak ulang. Novel tersebut merupakan `based on true story` yang dirangkai berdasarkan kehidupan nyata Ma Yan, anak sulung dari tiga bersaudara.

Orang tua Ma Yan adalah Bai Juhui dan Ma Dongji, memiliki kehidupan nestapa, karena kehidupannya semata-mata mengandalkan kemurahan alam dengan bertanam pada ladang seluas enam `mu`. Namun, alam tidak senantiasa bersikap murah hati, karena kekeringan nyaris tiada berkesudahan terus melanda.

Pada situasi ekonomi yang demikian tertatih-tatih, gadis kecil dari Suku Hui itu memiliki tekad luar biasa untuk menggenggam pendidikan dan tidak melepasnya dengan alasan apapun.

Semua pengharapan dan mimpi untuk merajut hari depan yang lebih cerah, dan menawarkan hidup yang lebih baik bagi kedua orangnya, membuat Ma Yan bersungguh-sungguh belajar di bangku sekolah. Ma Yan menuliskan mimpi-mimpinya dalam bundel catatan harian.

Gadis itu sama sekali tidak mengeluh ketika harus berjalan berjam-jam dari rumah menuju sekolah, agar bisa merebut masa depan sesuai harapan.

Bahkan, Ma Yan sanggup menahan kelaparan supaya uang saku bersekolah yang didapat dari orang tuanya tidak terbelanjakan, demi untuk membeli sebatang pena.

Tak ayal, tatkala ibunya menyuruh Ma Yan berhenti bersekolah dan membantu bekerja di ladang, karena ketiadaan biaya serta ia `hanya` seorang anak perempuan, gadis kecil itu meradang. Dengan keteguhan hati, dia menulis surat kepada ibunya:

"Hidup Ibu menderita. Bila aku berhenti sekolah, aku akan menjadi seperti Ibu dengan segala penderitaan itu. Apakah itu yang harus terjadi kepadaku? Sekolah adalah persemaian masa depan, peluang untuk meraih sesuatu, berhenti sekolah berarti kehilangan peluang itu. Ibu, kumohon berikan kepadaku kesempatan untuk meraih peluang itu. Lakukanlah sesuatu sehingga terelak dariku garis nasib seperti itu".

Dan, ibu mana yang kemudian tega dengan permohonan sedemikian pilu dari anaknya untuk dapat terus bersekolah? Ketidaktegaan ini yang membuat Bai Juhui yang sering mengalami penderitaan sakit perut, membulatkan tekad menjadi pemetik sayuran `fa cai` di gunung, yang letaknya sangat jauh dari rumah.

Bayaran melakoni pekerjaan sebagai pemetik fa cai juga tidak seberapa besar. Namun, peluang mendapatkan uang demi menyekolahkan anak-anaknya, menumbuhkan hasrat tak terpadamkan di hati Bai Juhui untuk mengambil pekerjaan itu.


                                   Pembuktian Janji


Pengorbanan sang ibu, menumbuhkan semangat membara di hati Ma Yan untuk berjuang habis-habisan di sekolahnya dan menjanjikan supaya mendapat nilai baik. Ma Yan ingin jerih payah ibunya yang rela menanggung pekerjaan berat sebagai pemetik fa cai dapat terbayarkan.

Akhirnya, perjuangan itu mendapatkan ganjaran sepadan, ketika gadis itu dinyatakan sebagai juara dan dinyatakan teladan bagi semua siswa di sekolahnya.

Begitu terharunya, Bai Juhui menyatakan perasaannya: "Anak perempuanku, sulung yang teguh hati itu, membuktikan janjinya. Pada suatu hari, dibawanya pulang kemenangan besar itu. Ditunjukkannya kepada kami kertas-kertas hasil ujian yang telah ditempuhnya lengkap dengan perolehan nilai masing-masing mata pelajaran. Nilai-nilai itu mengagumkan. Bahkan bagiku itu semua lebih dari sekadar menakjubkan. Anakku tidak sekedar lulus peringkat, melainkan juara".

Pencapaian gemilang Ma Yan, membuat Bai Juhui melakukan langkah tak terduga berdasarkan keyakinan hatinya. Suatu hari, ketika melihat rombongan orang asing yang datang ke desanya, Bai Juhui mendesak mereka untuk mampir ke rumahnya.

Setiba di rumahnya, Bai Juhui memberikan bundel catatan harian Ma Yan. Meskipun dia tahu, perbuatannya itu diibaratkannya bagai membuang botol yang berisi pesan ajaib ke tengah lautan, tanpa berkepastian apa gerangan yang akan terjadi selanjutnya.

Sesungguhnya, membaca rangkaian kalimat Sanie B Kuncoro pada novel Ma Yan, menghadirkan keluluhan perasaan tentang ikatan cinta kasih ibu dan anak.

Bahwa, setinggi apapun cita-cita dan seterjal bagaimanapun jalan yang hendak ditempuh seorang anak, sang ibu tidak akan membiarkannya sendirian. Seorang ibu dengan mahadaya kasihnya, akan membimbing, mengarahkan dan mengantarkan anak-anaknya hingga tiba di gerbang masa depan yang menjadi tujuan.

Maka, tatkala Ma Yan menancapkan mimpi untuk bersekolah setinggi mungkin, agar bisa terhindar dari garis penderitaan yang sudah berlangsung turun-temurun pada garis keluarganya, dengan ketidakgentaran yang senada Bai Juhui pun rela membanting tulang dan mengabaikan penyakit yang menderanya, untuk menghasilkan yuan.

Pesan yang ingin disampaikan penulis tentang rekatnya perasaan ibu dan anak, serta makna pendidikan sebagai tonggak meraih masa depan yang lebih baik, begitu mengharu biru pada hampir setiap halaman, yang sanggup menancapkan kesan mendalam pada sudut hati pembaca.

Berulang kalinya novel ini mengalami cetak ulang, seolah menjadi pembuktian jika masyarakat memang menginginkan bacaan yang inspiratif, untuk senantiasa mengingatkan betapa pentingnya keluarga sebagai tempat bersandar.

Sekaligus untuk menyadarkan betapa berharganya suatu pendidikan untuk diperjuangkan. Sesuai pesan Nelson Mandela bahwa pendidikan adalah senjata yang sangat mematikan, karena dengan pendidikan maka akan membuat siapapun bisa mengubah dunia.

*) Penulis buku dan artikel. (*)