Bulog kesulitan Jual 600 Ton Gula

id Bulog NTB

Bulog kesulitan Jual 600 Ton Gula

Ilustrasi - Gula pasir (Ist)

Kami menjual eceran dengan harga Rp10.000 per kilogram (kg), namun belum ada yang berani membeli sampai saat ini
Mataram,  (Antara) - Badan Urusan Logistik Divisi Regional Nusa Tenggara Barat kesulitan menjual 600 ton gula pasir karena kalah bersaing dengan pengusaha lokal yang menjual dengan harga relatif lebih murah.

"Kami menjual eceran dengan harga Rp10.000 per kilogram (kg), namun belum ada yang berani membeli sampai saat ini," kata Linda, Humas Badan Urusan Logistik Divisi Regional Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram, Selasa.

Dia mengatakan, sebanyak 600 ton gula pasir tersebut terdiri atas 300 gula pasir dalam negeri yang didatangkan dari Jawa Timur, sisanya 300 ton merupakan produk luar negeri.

Seluruh gula pasir tersebut saat ini masih tersimpan di gudang Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, sejak dua bulan lalu.

Bulog Divre NTB, kata Linda, diperintahkan oleh pusat untuk menjual gula pasir sebagai salah satu komoditas komersial yang diharapkan bisa memberikan keuntungan untuk perusahaan.

"Kami mendatangkan gula pasir tersebut murni untuk komersial bukan barang yang akan diedarkan melalui operasi pasar untuk mengendalikan harga," ujarnya.

Dia mengatakan, pihaknya kesulitan menjual gula pasir tersebut karena belum memiliki mitra, baik pedagang pengecer di pasar tradisional maupun pasar modern.

Para pedagang pengecer, menurut Linda, sudah memiliki keterikatan dengan para distributor yang menjadi langganannya. Mereka bahkan bisa membeli dengan cara berutang karena sudah ada kepercayaan.

"Harga gula pasir kami sebenarnya relatif sama dengan di pasaran, tapi para pedagang pengecer memperoleh kemudahan dari distributor berupa bayar di belakang atau setelah laku terjual. Di Bulog tidak bisa begitu," ucapnya.

Demikian juga dengan pasar modern, menurut Linda, pengelola pasar modern tidak bisa mengambil gula pasir secara sembarangan karena mereka sudah punya jaringan langsung dengan produsen di luar NTB.

Oleh sebab itu, harga yang diterima juga relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan harga yang diberlakukan Bulog NTB.

"Kenapa pasar modern lebih berani menjual murah karena mereka langsung mendatangkan gula pasir dari produsen, bukan mengambil di tingkat distributor lokal," kata Linda.

Meskipun gula pasir tersebut belum laku terjual, lanjut dia, pihaknya tidak akan melelang dengan harga jauh lebih murah karena bisa merugikan perusahaan.

Bulog Divre NTB mengandalkan sarana penjualan berupa "Bulog Mart" yang tersebar di beberapa titik di Kota Mataram, untuk memasarkannya ke masyarakat sekaligus menawarkan beras kualitas premium dan super dengan harga terjangkau.

"Para karyawan juga diminta untuk ikut membantu pemasaran. Ya bisa dalam partai kecil-kecilan satu atau dua kilogram, yang penting gula tersebut laku terjual," ujarnya.