Mataram Tuan Rumah "Festival Bamboo" 2015

id Festival Bamboo

Namun untuk tahun 2015 kami memilih Kota Mataram sebagai lokasi pelaksanaan, yang rencananya akan berlangsung di bekas Bandara Selaparang
Mataram,  (Antara)- Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, siap menjadi tuan rumah kegiatan "Festival Bamboo" 2015, sebagai ajang untuk mempromosikan nilai ekonomi potensi bambu yang ada di Tanah Air.

Ketua Pelaksana Lombok International Bamboo Architecture Festival (LIBAF) 2015 Rahman Wibisono usai bertemu dengan Wakil Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana di Mataram, Selasa, mengatakan Festival Bamboo ini merupakan agenda dua tahunan, sedangkan pada tahun sebelumnya berlangsung di Senggigi Kabupaten Lombok Barat.

"Namun untuk tahun 2015 kami memilih Kota Mataram sebagai lokasi pelaksanaan, yang rencananya akan berlangsung di bekas Bandara Selaparang," katanya.

Dikatakannya, kegiatan festival direncanakan akan berlangsung selama sepekan pada akhir bulan Agustus hingga awal September 2014 dirangkaikan dengan HUT Kota Mataram ke-22 pada tanggal 31 Agustus 2015.

Kegiatan festival bambu akan melibatkan sekitar 60 peserta, dengan rincian 30 peserta dari luar negeri dan 30 peserta dari dalam negeri. Festival bambu ini didukung dua kementerian yakni Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pariwisatan dan Ekonomi Kreatif.

"Saat ini saja sudah ada beberapa peserta dari luar negeri yang ingin mendaftar untuk ikut dalam festival tersebut, namun kami belum dapat memproses karena perencanaan belum rampung," katanya.

Para peserta dari luar negeri yang akan ikut, antara lain dari Belanda, Vetnam, Inggris dan lainnya.

Rahman mengatakan bahwa kegiatan festival bambu ini betujuan mengangkat potensi bambu yang ada di hampir semua provinsi di Indonesia.

Bambu mampu menjadi sebuah material bernilai tinggi, baik di bidang seni maupun bidang bangunan.

"Selama ini bambu hanya dikenal sebagai penyangga dan untuk membuat tangga. Padahal bambu memiliki nilai ekonomi tinggi jika kita mampu melakukan inovasi dan kreativitas," katanya.

Selain itu, untuk memperkenalkan bambu juga merupakan kuliner yang enak, karena "rebung" bambu muda dapat diolah menjadi berbagai jenis kuliner, begitu juga dengan pucuk daun bambu yang dimanfaatkan menjadi obat seperti di Negara China.

"Festival ini juga sebagai bentuk sosialisasi untuk penghijauan, serta menjadi tanaman pelindung di pinggir sungai. Dulu bambu banyak terdapat pada pinggir sungai dan longsor tidak pernah terjadi. Sekarang dengan sistem talut longsor masih sering terjadi," katanya.

Terkait dengan itu, kegiatan festival bambu itu juga rangkaikan dengan kegiatan seminar berskala Internasional tentang bambu yang akan diikuti sekitar 160 peserta.

Selain itu, pameran hasil karya seni dari bambu serta berbagai instalasi karya bambu dan temu 1.000 arsitektur "landscape".

"Kami berharap kegiatan ini dapat memberi dampak yang positif bagi perkembangan seni, budaya, pariwisata dan ekonomi di daerah ini," kata Rahman yang juga sebagai Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Provinsi NTB.