Kenaikan harga BBM pengaruhi Sektor Kerajinan NTB

id Kerajinan NTB

Pasti ada dampak karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan menambah ongkos tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku dan biaya transportasi, terutama untuk pemasaran
Mataram,  (Antara) - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Nusa Tenggara Barat H Lalu Imam Maliki menilai kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi mempengaruhi kinerja di sektor kerajinan karena adanya tambahan biaya produksi.

"Pasti ada dampak karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan menambah ongkos tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku dan biaya transportasi, terutama untuk pemasaran," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin.

Di sisi lain, kata dia, meskipun harga BBM bersubsidi mengalami kenaikan, para perajin belum berani menaikkan harga hasil produksinya karena masih melihat situasi pasar.

"Kenaikan harga BBM bersubsidi memperkecil keuntungan perajin, tapi ini sifatnya sementara, ke depan mereka pasti akan menyesuaikan dengan harga baru," ujarnya.

Maliki mencontohkan, salah satu produk kerajinan yang terkena imbas kenaikan harga energi tersebut adalah gerabah yang merupakan salah satu produk ekspor NTB.

Sebab, bahan baku kerajinan tersebut berupa tanah liat di datangkan dari daerah lain menggunakan sarana transportasi darat.

"Kita tahu sendiri NTB sudah menetapkan kenaikan tarif angkutan umum sebesar 10 persen, itu berimbas juga pada angkutan umum pengangkut material," ucap Imam.

Kondisi biaya produksi yang mengalami peningkatan, menurut dia, tentu menjadi beban bagi para perajin, terlebih mereka akan dihadapkan pada persaingan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Di sisi lain, harga produk kerajinan, terutama yang sudah bisa menembus pasar ekspor tidak bisa ditentukan oleh para pelaku usaha, melainkan pasar itu sendiri.

"Harga produk kerajinan yang diekspor ditentukan oleh kondisi pasar," ujarnya.

Menurut dia, upaya yang mesti dilakukan para perajin adalah bagaimana cara meningkatkan kualitas produk dengan biaya produksi yang lebih efisien.

Untuk mampu memproduksi barang yang sesuai dengan selera pasar tentu para perajin harus terus meningkatkan kemampuan dalam hal desain bentuk dan motif.

Disperindag NTB, lanjut Imam, juga tetap mengawal para perajin dalam hal pelatihan peningkatan kualitas dan manajemen usaha.

"Harapan kami dengan pelatihan itu, para perajin yang biasanya mampu menyelesaikan satu produk dalam waktu empat sampai lima hari, bisa singkat menjadi dua atau satu hari," katanya.