Legislator: Upsus Kedelai di Sumbawa Barat Terkendala Bibit

id Swasembada kedelai bibit minim

"Hasil evaluasi ini didasari dari temuan Komisi II DPRD, yang menemukan adanya kesulitan petani di sejumlah wilayah untuk mendapatkan bibit kedelai dalam dua pekan terakhir. Sebagian petani sudah menunggu sekitar dua pekan tetapi bibit tetap belum ju
Sumbawa Barat (Antara NTB) - Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat Abidin Nasar mengatakan program upaya khusus (upsus) swasembada kedelai di daerah ini masih terkendala bibit.

"Hasil evaluasi ini didasari dari temuan Komisi II DPRD, yang menemukan adanya kesulitan petani di sejumlah wilayah untuk mendapatkan bibit kedelai dalam dua pekan terakhir. Sebagian petani sudah menunggu sekitar dua pekan tetapi bibit tetap belum juga ada," katanya di Taliwang, Selasa.

Ia menyatakan, jika tidak segera bisa ditanggulangi, persoalan bibit tersebut bisa menjadi kendala untuk suksesnya program upsus swasembada kedelai di daerah itu.

Masalah lain yang ditemui Komisi II, kata Abidin, adalah infrastruktur pertanian yang belum memadai yang ditandai dengan terjadinya pendangkalan bedungan, jaringan irigasi rusak, terbatasnya sumur bor dan mesin pompa air.

Kondisi itu diperparah dengan iklim yang kurang mendukung, dimana berdasarkan data BMKG, curah hujan Musim Tanam 2 (MT2) 2015 relatif rendah.

"Kami juga menyoroti masalah lemahnya sosialisasi di tingkat petani dan belum adanya strategi pascapanen khususnya pengamanan harga. Kita tentu tidak ingin kasus harga gabah yang anjlok dialami juga oleh kedelai," sebutnya.

Komisi II, kata dia, telah meminta Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian (Dishutbuntan) untuk segera menyikapi masalah-masalah tersebut, antara lain dengan memastikan ketersediaan sarana produksi berupa bibit yang berkualitas, memaksimalkan koordinasi lintas sektor/bidang dengan DPU, BKP5K dan Diskoperindag, serta segera memperbaiki infrastruktur pertanian dan merealisasikan program sumur bor tahun 2015, .

"Dishutbunan juga mesti segera melakukan penguatan kelembagaan petani dan mengupayakan adanya strategi pengamanan harga kedelai," tandas Abidin.

Kepala Dishutbuntan Sumbawa Barat IGB Sumbawanto mengakui masalah bibit sempat menjadi kendala yang dihadapi petani. Tetapi ia memastikan masalah tersebut telah bisa diatasi dengan didatangkannya bibit dari kabupaten Dompu.

Untuk musim tanam kedua ini, katanya, luas lahan yang akan ditanami kedelai hanya sekitar 10 persen dari total 6.000 hektare luas lahan program Upsus kedelai di Sumbawa Barat tahun 2015.

"Jadi kebutuhan bibitnya hanya sekitar 6 ton dan itu sekarang sudah bisa diatasi," katanya.

Sementara mengenai infrastruktur pertanian berupa saluran irigasi yang mengalami pendangkalan akibat sedimen, Sumbawanto menyatakan program Upsus telah mengalokasikan anggaran khusus untuk perbaikan jaringan irigasi yang dikelola oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di masing-masing wilayah.

"Anggaran tersebut ditransfer langsung ke rekening P3A dan dikelola. Jadi masalah jaringan irigasi relatif bisa diatasi," katanya. (*)