Kapolda NTB bertekad lindungi masyarakat dari radikalisme

id Jaringan Radikal

Kapolda NTB bertekad lindungi masyarakat dari radikalisme

Kapolda NTB Brigjen Srijono. (1)

"Jangan sampai ada lagi masyarakat NTB yang terlibat dan terjerumus dalam jaringan radikal"
Oleh Dhimas Budi Pratama

Mataram (Antara NTB) - Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat Brigjen Pol Srijono bertekad akan melindungi masyarakatnya dari pengaruh radikalisme atau pemahaman yang bersifat radikal.

"Jangan sampai ada lagi masyarakat NTB yang terlibat dan terjerumus dalam jaringan mereka, karena sesungguhnya pemahaman yang mereka tanamkan itu adalah sesat," kata Brigjen Pol Srijono di Mataram, Jumat.

Hal itu disampaikan Kapolda NTB setelah mengetahui ada dua warga asal Kabupaten Bima ditangkap pada Minggu (12/4) lalu, karena terindikasi turut serta dalam jaringan Santoso di Poso.

Kedua terduga teroris tersebut ditangkap di tempat terpisah oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror. Keduanya berinisial BU alias Atif asal Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, dan HE alias David asal Kecamatan Mpunda, Kota Bima.

BU alias Atif ditangkap di Kelurahan Nae, Kota Bima, pada pukul 18.40 WITA dan HE alias David ditangkap di Kelurahan Wawo, Kabupaten Bima, pada pukul 19.30 WITA.

"Jangan sampai ada lagi keluarga kita yang menjadi korban hasutan dari pemahaman yang mereka sebarkan itu," ujarnya.

Sesungguhnya dalam ajaran Islam, kata dia, kalau ingin syuhada atau meninggal syahid itu bukan dengan cara berperang, melainkan dengan cara berdakwah dan mengajarkan tentang kebaikan.

"Sesuai dengan Amar Ma`ruf Nahi Munkar, Islam itu mengajarkan tentang kebaikan dan menyebarkan kedamaian di tengah kehidupan bermasyarakat," ucapnya.

Bukan mengajak berperang, lanjut Srijono, negara Indonesia itu adalah negara yang damai, bukan negara yang masuk dalam kategori konflik peperangan.

"Dalam sebuah medan perang pun, Islam mengedepankan untuk mengambil jalan berdamai," kata Srijono.

Untuk itu, dia mengingatkan masyarakat, khususnya di NTB untuk tidak cepat terpengaruh terhadap ajaran yang dianggap menyesatkan atau di luar jalur Islam yang sebenarnya.

"Sekarang banyak juga ceramah-ceramah yang isinya belum tentu mengajarkan tentang kebenaran Islam. Jadi masyarakat harus lebih berhati-hati," katanya. (*)