Warga akar-akar tidak lagi kesulitan air bersih oleh masnun masud

id Krisis air klu

Warga akar-akar tidak lagi kesulitan air bersih oleh masnun masud

Masyarakat Desa Akar-akar berhasil alirkan air sejauh belasan kilometer dengan sistem perpipaan

Bagi kami warga desa yang kurang mampu harga air bersih Rp200.000 per tangki itu tergolong mahal. Karena itu musim kemarau cukup menyulitkan bagi kami, karena harus menyediakan belanja tambahan untuk membeli air. Untuk mengambil air dari sumber air y
Kini sebagian warga desa di ujung utara Pulau Lombok, Nusantara Tenggara Barat, tak lagi risau ketika datang musim kamarau.

Beberapa tahun lalu mereka harus menyiapkan tambahan uang belanja untuk membeli air bersih. Harganya pun cukup mahal bagi warga yang sebagian besar bekerja sebagai petani lahan kering.

Inak Saenah (55), warga Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, menuturkan ketika musim kemarau tiba sebagian besar warga desa itu mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, terutama dari kalangan kurang mampu, karena harga air bersih mencapai Rp200.000 per tangki berisi 5.000 liter.

"Bagi kami warga desa yang kurang mampu harga air bersih Rp200.000 per tangki itu tergolong mahal. Karena itu musim kemarau cukup menyulitkan bagi kami, karena harus menyediakan belanja tambahan untuk membeli air. Untuk mengambil air dari sumber air yang ada harus menempuh jarak cukup jauh enam hingga tujuh kilometer," katanya mengenang masa sulit mendapatkan air bersih.

Kesulitan mendapatkan air bersih yang dialami selama bertahun-tahun, memaksa warga desa Akar-akar bekerja keras agar bisa mengalirkan air dari sumber air Menjato di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang jaraknya belasan kilometer dari permukiman warga.

Karena itu pada 2003 warga Pawang Tenun, Desa Akar-akar, mencoba mengalirkan air dari sumber air Menjato di hutan kawasan TNGR. Pemasangan pipa untuk mengalirkan air dilakukan secara swadaya. Warga bergotong royong memasang pipa terkadang harus memanjat tebing terjal. Namun kerja keras itu sempat terhenti karena dana yang dimiliki tidak cukup untuk membeli pipa.

"Saat itu, kita kekurangan dana untuk membeli pipa, kami merasa bersyukur ada bantuan pemerintah sebesar Rp250 juta untuk mengalirkan air dari mata air Menjato sampai Desa Akar-akar," kata Raden Saud, salah seorang tokoh masyarakat Dusun Pawang Tenun, Desa Akar-akar.

Kerja keras warga akhirnya membuahkan hasil, karena mereka dapat mengalirkan air dari sumber air Menjato hingga ke rumah-rumah setelah pipa terpasang sepanjang belasan kilometer. Kini warga tak lagi kesulitan air bersih kendati pada musim kemarau.

"Upaya yang dilakukan warga desa patut diapresiasi karena mampu mengalirkan air bersih untuk ribuan jiwa sejauh belasan kilometer," katanya.

Kini, kata Saud, ribuan warga Desa Akar-akar bagian atas sampai Desa Mumbul Sari sudah bisa menikmati air bersih dari mata air Mantajo. Hingga kini, pipa-pipa air bersih yang dibangun warga masih tetap beroperasi.

"Selain warga Pawang Tenun, pipa air bersih ini menyuplai kebutuhan warga Dusun Batu Jingkiran, Pawang Timpas, Munder, Langkangkok, dan sejumlah dusun di Desa Akar-akar atas dan Desa Mumbul Sari," ujarnya.

Namun tidak demikian bagi warga Desa Salut yang merupakan tetangga Desa Akar-akar, sebagian warga yang bermukim di perbukitan itu hingga kini masih mengalami kesulitan air bersih. Untuk memenuhi keburtuhan air bersih, warga terpaksa menampung air hujan.

Kepala Desa Salut Hartono mnengatakan belum semua warga menikmati air bersih, ancaman kekeringan mulai menghantui warga desanya dan sejumlah desa lainnya yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Lombok Utara.



Mengeluhkan Air

"Selama ini kita tidak pernah mengeluhkan soal beras atau makanan pokok. Warga kami selalu mengeluhkan air bersih," katanya.

Sekarang, kata dia, warga sudah mulai dihantui kekeringan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat musim kemarau warga Salut harus membeli air bersih, namun tidak semua warga yang mampu membeli air bersih, karena harganya cukup mahal untuk ukuran warga yang tergolong masih hidup di bawah garis kemiskinan.

"Satu tangki air berisi 5.000 liter di Salut ini harganya sekitar Rp200 ribu," katanya.

Menurut Hartono, warganya pernah tiga kali berupaya mengalirkan air bersih sejak Lombok Utara masih tergabung dengan Kabupaten Lombok Barat, namun hasilnya belum maksimal.

Dia mengatakan selain mencoba mengalirkan air bersih dari mata air sejauh tujuh kilometer, sejumlah warga Salut juga pernah mencoba membuat sumur bor, namun sampai 100 meter pengeboran tidak ada air.

"Satu-satunya harapan kami saat ini adalah bantuan pemerintah untuk mengalirkan air bersih ke kampung kami agar tidak lagi mengalami krisis air bersih baik pada saat kemarau maupun musim hujan," kata Hartono.

Menurut data Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebanyak 43.682 kepala keluarga (KK) di daerah itu kini masih mengalami krisis air bersih akibat kekeringan. Mereka berada di 4 kabupaten di Pulau Lombok dengan jumlah 32.267 KK dan 3 kabupaten berada di Pulau Sumbawa dengan jumlah 13.593 KK.

Empat kabupaten di Pulau Lombok itu, meliputi Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah dan Lombok Timur dengan rincian 119 dusun, 34 desa dan 14 kecamatan. Sedangkan untuk wilayah Pulau Sumbawa meliputi 3 kabupaten yaitu Sumbawa, Dompu, dan Bima dengan rincian 32 desa dan 16 kecamatan.

Pada setiap musim kemarau warega yang mengalami kesulitan air bersih itu dibantu sebanyak 720 ribu liter per hari yang didistribusikan dengan mobil tangki air.

Di wilayah darurat bencana kekeringan atau kekurangan air bersih itu, meliputi Kabupaten Lombok Utara 3 kecamatan 12 desa, Lombok Tengah 9 kecamatan 85 desa, Lombok Barat 3 kecamatan 3 desa, Lombok Timur 1 kecamatan 10 desa, Sumbawa 7 kecamatan 9 desa, Sumbawa Barat 3 kecamatan 9 desa, Dompu 7 kecamatan 28 desa, Kabupaten Bima 6 kecamatan 11 desa, dan Kota Bima 4 kecamatan 11 desa.(*)