Tenun NTB diminati di Amerika Serikat

id Tenun NTB

"Di Amerika Serikat tenun khas NTB itu cocok, karena ketebalan dan warnanya yang indah, terlebih di saat musim dingin begitu diminati,"
Mataram (Antara NTB) - Desainer Indonesia Dian Pelangi mengaku tenun khas Nusa Tenggara Barat kini diminati masyarakat Amerika Serikat karena dianggap cocok dengan iklim di negara tesebut.

"Di Amerika Serikat tenun khas NTB itu cocok, karena ketebalan dan warnanya yang indah, terlebih di saat musim dingin begitu diminati," katanya di Mataram, Rabu.

Menurut dia, selain tebal dan memiliki corak yang khas, keunggulan tenun NTB dibanding yang lain, karena kualitasnya yang bagus dan memiliki karakter tersendiri. Bahkan, saat pertama kali muncul di Couture Fashion Week, New York, AS, tenun NTB menjadi pusat perhatian dari para desainer dan masyarakat yang hadir.

"Jadi ternyata bahannya itu sangat cocok untuk Amerika," ujarnya.

Selain itu, dia menuturkan, kain tenun NTB khususnya Lombok - Sumbawa cukup dikenal di Jakarta. Bahkan, salah satu tenun khas Bima cukup dikenal masyarakat ibu kota karena memiliki warna yang menarik.

Meski begitu, dia tidak memungkiri jika kain tenun NTB masih memiliki kelemahan, salah satunya pada benang yang digunakan, karena masih menggunakan benang jahit biasa.

"Seandainya benangnya dipakai yang lebih bagus, seperti sutera atau emas, justru akan lebih bagus dan menarik. Meski benang katun bisa dipakai, tetapi itu khususya untuk interior bukan untuk fashion," jelas Dian.

Lebih lanjut, dia mengutarakan sangat setuju dengan ide Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTB yang menginginkan tenun bisa disejajarkan dengan batik yang lebih dulu dikenal masyarakat secara luas. Bahkan, dia mendorong agar tenun khususnya bisa menjadi "brand" Indonesia selain batik.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTB Hj Erica Zainul Majdi mengatakan pihaknya berkeinginan tenun daerah itu dan batik Sasambo terkenal seperti halnya batik Jawa.

"Kami punya keinginan yang kuat untuk menjadikan tenun NTB dan batik Sasambo seperti batik Jawa, yang bisa diterima oleh seluruh masyarakat dan bisa menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri," katanya.

Dia menjelaskan, Dekranasda NTB dan seluruh pemangku amanah di bidang kerajinan daerah itu juga memiliki keinginan yang sama bagaimana dapat menjadikan tenun NTB dan batik Sasambo seperti halnya batik Jawa. Sasambo sendiri merupakan singkatan dari nama tiga suku besar di NTB, yakni Sasak, Samawa, dan Mbojo (Sasambo).

Erica sendiri mengaku optimistis jika tenun NTB dan batik Sasambo akan sukses seperti batik Jawa, karena telah didukung oleh kemajuan teknologi, baik dari sisi informasi, bidang proses dan kesadaran masyarakat dalam memberi kontribusi untuk kedaulatan budaya. (*)