Empat bandara di NTB belum beroperasi normal

id Gunung Barujari

Empat bandara di NTB belum beroperasi normal

Penumpang menunggu di terminal keberangkatan Bandara Internasional Lombok (BIL) di Kabupaten Lombok Tengah, NTB, Kamis (5/11). (Antara Foto) (1)

"Berdasarkan data satelit dan kondisi lapangan, asap dan abu vulkanik Gunung Barujari berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan"
Mataram (Antara NTB) - Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Nusa Tenggara Barat Agung Hartono mengemukakan empat bandara di daerahnya belum beroperasi normal untuk melayani jasa angkutan udara karena aktivitas Gunung Barujari yang mengeluarkan asap dan abu vulkanik.

"Berdasarkan data satelit dan kondisi lapangan, asap dan abu vulkanik Gunung Barujari berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan," kata Agung Hartono, di Mataram, Minggu.

Agung menyebutkan, empat bandara yang operasionalnya dihentikan untuk sementara yakni Bandar Udara Internasional Lombok (BIL), di Kabupaten Lombok Tengah, yang melayani rute penerbangan ke sejumlah provinsi di Indonesia dan luar negeri.

Selain itu, Bandara Selaparang di Mataram, yang digunakan untuk kegiatan pelatihan penerbangan, juga masih ditutup sementara sampai ada rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi cuaca dan arah asap disertai abu vulkanik yang tertiup angin.

Sementara Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin III (Brangbiji), Kabupaten Sumbawa, sudah beroperasi, namun belum normal karena hanya bisa melayani rute penerbangan dari Sumbawa ke Bali dan sebaliknya, sedangkan dari Sumbawa ke Lombok dan sebaliknya, belum diizinkan karena Bandara Internasional Lombok masih ditutup sementara.

Demikian juga dengan Bandar Udara Sultan Muhamad Salahudin, di Kabupaten Bima, sudah melayani rute penerbangan dari Bima ke Bali dan sebaliknya, karena Bandar Udara Ngurah Rai, Denpasar sudah normal, sedangkan rute penerbangan Bima ke Lombok dan sebaliknya, masih ditutup sementara karena Bandar Udara Internasional Lombok belum dibuka.

"Jadi Bandara di Sumbawa dan Bima sudah melayani jasa angkutan udara, tapi terbatas hanya ke Bali dan sebaliknya, tapi kalau ke Lombok belum bisa hingga Bandara Internasional Lombok kembali beroperasi," ucapnya.

Pemerintah Provinsi NTB, kata Agung, terus berkoordinasi dengan PT Angkasa Pura I selaku pengelola Bandara Internasional Lombok untuk selalu memperhatikan faktor keselamatan.

Pihaknya juga meminta masyarakat pengguna moda transportasi udara untuk memahami kondisi bencana alam yang terjadi.

"Kami juga meminta masyarakat dan wisatawan untuk menggunakan moda transportasi alternatif, seperti kapal cepat dari Pelabuhan Senggigi dan Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, jika ingin menyeberang ke Bali," kata Agung.

Sementara itu, Petugas vulkanologi di Pos Pengamat Gunung Api Rinjani, Desa Sembalun Bumbung, Kabupaten Lombok Timur, Mutaharlin, menyebutkan sebaran abu vulkanik yang terpantau pada Minggu pagi (8/11), mengarah ke timur dari pusat letusan dengan kecepatan rendah.

Dia juga memaparkan kondisi aktivitas Gunung Barujari mengalami penurunan ditandai dengan tremor menerus dengan amplitudo maksimum 36 milimeter, atau lebih rendah dibanding hari sebelumnya maksimum 55 milimeter dengan tinggi letusan mencapai 2.500 meter.

"Sekarang tinggi letusan hingga 1.400 meter, sehingga status Gunung Barujari masih waspada (level II)," katanya.

Gunung Barujari dengan ketinggian 2.376 meter dari permukaan laut (mdpl) dan berada di sisi timur kaldera Gunung Rinjani meletus pada Minggu (25/10), sekitar pukul 10.45 WITA, dan hingga saat ini masih mengeluarkan asap disertai abu.

Gunung Barujari juga disebut sebagai anak Gunung Rinjani (3.726 mdpl) oleh masyarakat Pulau Lombok karena terbentuk di area Danau Segara Anak Gunung Rinjani pada 1944. (*)