Pemkab Dompu pertanyakan kejelasan HPP jagung

id HPP Jagung

Pemkab Dompu pertanyakan kejelasan HPP jagung

Presiden Joko Widodo (baju putih) panen jagung di Desa Kampasi Meci, Kabupaten Dompu, NTB, Sabtu, 11/5/2015. (Foto AntaraMataram/Awaludin). (1)

"Sampai saat ini HPP belum jelas, sehingga harga jagung di Dompu mengikuti hukum pasar"
Mataram (Antara NTB) - Pemerintah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, mempertanyakan kejelasan harga pembelian pemerintah (HPP) jagung yang pernah dijanjikan Presiden Joko Widodo ketika berdialog dengan petani di daerah itu pada 11 April 2015.

"Sampai saat ini HPP belum jelas, sehingga harga jagung di Dompu mengikuti hukum pasar, kalau pasokan banyak harga merosot," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Dompu Fakhrurozi ketika mengikuti pertemuan di Mataram, Selasa.

Dia mengatakan, Presiden Joko Widodo memutuskan HPP untuk jagung basah pipilan atau baru panen Rp2.000 per kilogram (kg) dan jagung pipilan kering Rp2.700/kg.

Namun, pada kenyataannya hingga saat ini belum ada kepastian HPP tersebut, sehingga pihaknya khawatir harga jagung pada musim panen raya 2016 akan merosot karena produksi yang terus meningkat.

"Bupati kami juga pernah menandatangani kesepakatan dengan salah satu pabrik pakan yang bersedia membeli jagung petani di Dompu, dengan harga Rp3.150/kg, tapi sampai sekarang tidak jelas kelanjutannya, padahal kesepakatan ditandatangani di Kementerian Pertanian," ujar Fakhrurrozi.

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Dompu, H Husni Thamrin, juga mengaku khawatir harga jagung hasil produksi petani di daerahnya akan anjlok pada musim panen raya 2016 karena belum ada kejelasan tentang HPP jagung.

"Produksi jagung di Dompu, terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tapi tahun ini harga tergolong rendah, yakni Rp1.300/kg untuk jagung basah pipilan. Petani tidak rugi, tapi keuntungannya kecil sekali," katanya.

Dia menyebutkan, luas lahan tanam jagung pada musim tanam 2015 mencapai 35 ribu hektare meskipun targetnya 30 hektare atau lebih tinggi dibanding musim tanam tahun sebelumnya sekitar 25 ribu hektare dengan tingkat produksi rata-rata tujuh ton per hektare.

Melihat animo masyarakat yang cukup tinggi, kata Husni, pihaknya menargetkan luas lahan tanam pada 2016 mencapai 35 ribu hektare.

Dia meyakini target luas lahan tersebut akan tercapai, bahkan diperkirakan bisa mencapai 40 ribu hektare karena petani ada yang memanfaatkan kawasan pinggir hutan sebagai lahan tanam.

"Kalau produksi meningkat harga rendah kasihan petani. Sebenarnya tidak muluk-muluk lah, kisaran harga Rp1.600 - Rp1.700/kg untuk jagung basah pipilan itu sudah bagus, jangan seperti musim tanam tahun ini harganya Rp1.300/kg," kata Husni. (*)