Enam Warga NTB Meninggal Dunia Karena DBD

id DBD NTB

"Mereka yang meninggal dunia ini sebetulnya sudah mendapat perawatan dari tim dokter, karena penyakitnya sudah parah dan terlambat di bawa ke rumah sakit sehingga sudah tidak tertolong lagi,"
Mataram (Antara NTB) - Sebanyak enam warga di Provinsi Nusa Tenggara Barat dilaporkan meninggal dunia akibat terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB dr Eka Junaedi di Mataram, Jumat, mengatakan ke enam warga yang meninggal dunia akibat DBD itu tidak bisa tertolong lagi karena penyakit yang dideritanya semakin parah.

"Mereka yang meninggal dunia ini sebetulnya sudah mendapat perawatan dari tim dokter, karena penyakitnya sudah parah dan terlambat di bawa ke rumah sakit sehingga sudah tidak tertolong lagi," kata Eka Juanedi saat dihubungi melalui telepon.

Ia menyebutkan ke enam warga yang dinyatakan meninggal dunia akibat DBD itu berasal dari kota Mataram satu orang, kabupaten Lombok Barat dua orang dan kabupaten Lombok Timur tiga orang.

Walaupun sudah enam orang dinyatakan meninggal, namun pihaknya belum bisa menetapkan kejadian luar biasa (KLB) DBD di NTB karena jumlah kasusnya tidak sebanyak yang terjadi seperti tahun lalu.

"Meski kami belum meningkatkan menjadi status KLB, tetapi penanganan yang sudah dilakukan seluruh kabupaten/kota sama seperti menangani KLB," tegasnya.

Menurut dia, saat ini jumlah kasus DBD di NTB terus meningkat, bahkan jumlahnya sudah mencapai 427 kasus.

Dengan jumlah terbanyak terjadi di kota Mataram 104 kasus, kabupaten Lombok Timur 99 kasus, kabupaten Bima 82 kasus, Sumbawa 39 kasus, Dompu 33 kasus, Lombok Barat 25 kasus, Lombok Tengah 22 kasus, Lombok Utara 17 kasus, kota Bima tiga kasus, dan kabupaten Sumbawa Barat tiga kasus.

"Memang di Februari ini terjadi peningkatan kasus, seperti di kota Mataram, Lombok Timur dan Bima, termasuk beberapa daerah lain di NTB, trendnya terus naik," jelasnya.

Ia menjelaskan, untuk mengatasi DBD tersebut, pihaknya telah memerintahkan kepada seluruh dinas kesehatan di kabupaten/kota untuk melakukan upaya pencegahan melalui pemberantasan jentik nyamuk, fogging, pembagian bubuk abate, dan melakukan gerakan bersih lingkungan.

"Kami juga sudah menggencarkan sosialisasi kepada seluruh warga, jika ada keluarga yang terkena DBD untuk segera membawa ke pusat kesehatan terdekat, seperti puskemas dan rumah sakit, sehingga cepat bisa ditangani oleh dokter," katanya.

Karena itu, ia berharap agar seluruh masyarakat melakukan upaya tanggap, mengingat musim hujan diperkirakan masih berlangsung lama. Termasuk, kabupaten/kota diminta untuk terus melakukan sosialisasi dan himbauan tentang DBD.

"Kami harap kasus DBD ini tidak semakin meningkat, namun kalaupun terus bertambah jumlah kasusnya hanya pada gejala DBD saja, tidak sampai ada korban meninggal dunia lagi," tandas Eka Junaedi. (*)