Penyakit Katarak di NTB Masih Tinggi

id PENYAKIT KATARAK NTB

"Mereka yang beresiko menderita katarak ini berada di usia 50 tahun ke atas,"
Mataram (Antara NTB) - Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat drg Eka Junaidi mengatakan jumlah penderita penyakit katarak di daerah itu masih tergolong tinggi.

"Mereka yang beresiko menderita katarak ini berada di usia 50 tahun ke atas," kata Eka Junaidi di Mataram, Selasa.

Menurut dia, berdasarkan hasil survei masyarakat NTB tahun 2014 yang berusia 50 tahun ke atas, angka kebutaan mencapai 4 persen atau 40 ribu orang. Jumlah ini lebih tinggi dari angka nasional yang hanya mencapai 1,5 persen.

"Penyakit katarak kalau tidak segera diobati bisa menyebabkan buta selamanya," katanya.

Ia menuturkan, dari jumlah 40 ribu angka kebutaan itu, terdapat 25 ribu orang atau 78 persen yang menderita katarak.

"Itulah mengapa NTB saat ini sedang berupaya menurunkan 25 ribu penderita katarak itu, kendati penambahan penderita katarak selalu terjadi setiap tahun," jelasnya.

Sementara, Kepala Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) NTB dr Bagio Ariyogo Murdjani mengakui tingginya angka kebutaan di NTB karena katarak. Penyebabnya, karena paparan sinar matahari, trauma las, keturunan, dan umur. Meski begitu, katarak bisa dicegah melalui operasi.

Namun demikian, diakui Bagio, kemampuan NTB untuk melakukan operasi dalam setahun hanya 6 ribu sampai 8 ribu orang. Sementara, jumlah penderita katarak selalu bertambah.

"Kalau angka pasti setiap tahun penderita katarak ini tidak bisa kita prediksi, karena harus melalui survei dulu. Sementara, untuk survei itu butuh proses, waktu dan biaya. Tetapi kita perkirakan setiap tahun katarak di NTB meningkat, karena kemampuan kita melakukan operasi saja hanya sampai 8 ribu orang setahun," jelasnya.

Selain kemampuan operasi untuk mengurangi penyakit katarak ini, sebut Bagio, NTB juga dihadapkan pada tantangan kekurangan dokter spesialis mata. Sebab, kata dia, idealnya di masing-masing daerah minimal ada dua dokter spesialis mata.

"Kalau pun ada sebaran dokter spesialis mata di NTB ini tidak merata, karena hanya menumpuk di kota Mataram," katanya.

Sedangkan di daerah lain seperti Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Sumbawa, Kabupaten Dompu dan Kota Bima, tidak ada dokter spesialis mata.

"Kami di BKMM hanya mampu melayani 1.000 orang setahun, dengan dua dokter spesialis mata," ucap Bagio. (*)