Asosiasi Hotel NTB Siap Tampung Produk Lokal

id UMKM NTB

"Kita mencontohkan, di Amerika Serikat, mengharuskan semua hotel menggunakan produk lokal. Ini patut ditiru untuk diterapkan di Indonesia dan NTB. Karena, jika itu dilakukan akan dapat memajukan industri lokal,"
Mataram (Antara NTB) - Asosiasi hotel di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) siap menampung dan mendorong agar seluruh hotel di daerah itu untuk menggunakan produk-produk industri lokal yang digunakan untuk menjamu tamu.

Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) Reza Bovier mengatakan pihaknya menilai para pengusaha lokal dirasa mampu bersaing dan memenuhi permintaan pasar hotel dan restoran di NTB.

"Untuk mendukung itu, pemerintah provinsi, kabupaten/kota harus bisa menerbitkan kebijakan agar hotel memakai produk lokal," kata Reza Bovier di Mataram, Jumat.

Menurutnya, kemampuan industri lokal untuk bersaing relatif bagus di Kota Mataram. Namun, selama ini pasar industri lokal tersebut yang kurang membuat produk-produk lokal tidak berkembang dan bersaing.

General Manager Hotel Santika Mataram itu, menyatakan banyak pelaku industri lokal yang bisa memadukan barangnya ke hotel dan restoran. Namun, selama ini hotel dan restoran banyak memasok dari daerah lain disebabkan ketiadaan industri lokal yang memfasilitasi.

"Kita mencontohkan, di Amerika Serikat, mengharuskan semua hotel menggunakan produk lokal. Ini patut ditiru untuk diterapkan di Indonesia dan NTB. Karena, jika itu dilakukan akan dapat memajukan industri lokal," katanya.

Sementara, anggota Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) NTB I Gusti Lanang Patra mengatakan sektor industri kecil menengah (IKM) dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memiliki peranan yang cukup besar di dalam memajukan sektor pariwisata.

Sebab kata dia, motivasi orang ke suatu daerah pasti menginginkan akomodasi, transportasi, souvenir, kuliner dan lain-lain. Karenanya, jika IKM dan UMKM berkembang, maka secara tidak langsung jasa perhotelan, restoran juga ikut berkembang.

"Kita banyak lihat toko oleh-oleh besar, namun harga barangnya lebih murah dari pasar Seni. Jangan sampai begitu, itu akan mematikan pelaku IKM dan UMKM," jelasnya.

Kata dia, asosiasi pariwisata di daerah itu, siap menyerap produk-produk yang dihasilkan IKM dan UMKM. Meski begitu, pihaknya juga meminta agar produk yang dihasilkan memenuhi standar, seperti kualitas, standarisasi harga, kesehatan, jaminan sertivikasi halal untuk makanan dan minuman. Termasuk, tanda kadaluarsa, sehingga layak untuk di pasarkan.

"Kami PHRI sangat menyambut baik, bahkan siap menyerap produk IKM dan UMKM seperi jajanan lokal bisa ada di hotel-hotel dan restoran," kata Lanang. (*)