Lapan Targetkan Pesawat Daerah Terpencil Diproduksi 2017

id Pesawat N219

Lapan Targetkan Pesawat Daerah Terpencil Diproduksi 2017

Dokumen - Rancang Bangun N219 Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso, (kiri) bersama Chief Engineering N219, Palmana Bhanandhi (kanan), melihat kokpit pesawat N219 usai acara Syukuran Pencapaian Tahap Validasi Rekayasa Rancang Bangun Str

"Desainnya sudah ada, targetnya sudah mulai diproduksi tahun 2017"
Lombok Barat (Antara NTB) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menargetkan pesawat N219 diproduksi mulai tahun 2017 untuk digunakan melayani jalur-jalur penerbangan ke daerah-daerah terpencil di Indonesia yang tidak bisa dijangkau pesawat berbadan besar.

"Desainnya sudah ada, targetnya N219 atau pesawat berpenumpang 19 orang tersebut sudah mulai diproduksi tahun 2017," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Thomas Djamaluddin, usai memberikan kuliah umum pada acara pembukaan "International Seminar on Aerospace Science and Technology" (ISAST) ke-4 di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa.

Ia mengatakan, pesawat untuk jalur penerbangan ke daerah-daerah terpencil sebelumnya akan diproduksi pada era Presiden Soeharto, dengan nama pesawat N250 atau pesawat berpenumpang 50 orang.

Namun karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998, program tersebut tidak bisa dilanjutkan.

Menurut Djamaluddin, ada cerita di balik tidak dilanjutkannya program pembuatan pesawat N250 tersebut, yakni industri-industri pesawat terbang berbadan besar tidak rela Indonesia mengembangkan pesawat kelas kecil karena akan menjadi kompetitor mereka.

Oleh sebab itu, LAPAN kembali ditugaskan merancang pesawat untuk daerah terpencil yang sudah sangat dibutuhkan, sehingga lahirlah desain pesawat N219.

"Kehadiran pesawat itu setidaknya mengurangi kompetisi walaupun masih ada kompetisi dari negara lain, tetapi kami menargetkan tahun 2017 sudah diproduksi, supaya Indonesia mungasai pasar dalam negeri sebelum kompetitor masuk," ujarnya.

Pesawat N219 merupakan produk dari hasil kolaborasi pertama antara LAPAN dengan PT Dirgantara Indonesia (DI). Kolaborasi antara kedua lembaga tersebut adalah, LAPAN membantu membuat desain dan PT DI memproduksi pesawatnya.

Djamaluddin mengatakan, meskipun pesawat N219 diproduksi untuk kebutuhan di dalam negeri, tapi tidak menutup kemungkinan akan diproduksi juga untuk kebutuhan di negara-negara lain.

Sebab, sejumlah negara, seperti Laos dan beberapa negara di kawasan Afrika, tertarik dengan pesawat N219, setelah mendapatkan penjelasan dari para duta besar Indonesia.

"Untuk produksi di dalam negeri, ada pihak maskapai penerbangan yang sudah berkomitmen memanfaatkan N219 untuk digunakan melayani jalur penerbangan di daerah terpencil yang tidak memungkinkan bagi pesawat ukuran besar," katanya. (*)