Dishub NTB Studi Komparasi Transportasi di Bandung

id DISHUB NTB STUDI KOMPARASI

Kami baru-baru ini ada usulan terkait analisa dampak lalu lintas. Kami berharap NTB tidak macet seperti di Bandung
Bandung (Antara NTB) - Dinas Perhubungan Nusa Tenggara Barat bersama DPRD melakukan studi komparasi terkait sektor perhubungan darat ke Dinas Perhubungan Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa.

Sekretaris Dishub NTB Ary Purwantini mengatakan, Kota Bandung bisa menjadi acuan bagi NTB dalam mengambil kebijakan terkait pengaturan sektor perhubungan darat, khususnya di Kota Mataram.

Terlebih lagi, selama ini, Bandung dikenal sebagai kota destinasi wisata yang selalu ramai dikunjungi terutama saat akhir pekan.

"Kami baru-baru ini ada usulan terkait analisa dampak lalu lintas. Kami berharap NTB tidak macet seperti di Bandung," ujar Ary di kantor Dishub Kota Bandung.

Ia menjelaskan, pihaknya ingin mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan Dishub Kota Bandung dalam mengatasi kemacetan yang kerap melanda sejumlah titik wisata di Kota Kembang tersebut. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi NTB yang sedang menggencarkan diri sebagai daerah wisata.

"Kami berharap apa yang telah dilakukan Bandung dalam mengurai kemacetan bisa menjadi acuan di NTB," ujarnya.

Ary melanjutkan, kerumitan mengurai kemacetan di Bandung cenderung lebih kompleks mengingat banyaknya jumlah angkutan kota, dan juga kendaraan wisatawan dari luar daerah, terutama dari Jakarta. Sedangkan di NTB, jumlah angkutan kota terbilang relatif jarang dan jumlah kendaraan wisatawan dari luar daerah juga belum sebanyak di Bandung.

"Tapi kita harus mempersiapkan sejak dini, karena trennya kunjungan wisatawan ke NTB terutama Pulau Lombok setiap tahunnya terus meningkat," katanya.

Kepala Bidang Perhubungan Darat Dishub NTB Asep Supriyatna menuturkan ingin mengetahui langkah atau upaya yang dilakukan Dishub Kota Bandung dalam melakukan analisa dampak lalu lintas. Sebab, kata dia, hal ini penting bagi NTB dalam menerbitkan izin bagi bangunan baru agar tidak menjadi penyumbang titik kemacetan yang baru. Asep menanyakan langkah jemput bola Dishub Pemkot Bandung dalam mengantisipasi dampak lalu lintas terhadap bangunan baru.

"Karena (di NTB) banyak gedung sudah pembangunan, tapi proses analisa dampak lalu lintas belum dilakukan, nanti kalau ada kemacetan baru ribut padahal bangunan sudah berdiri," ucap Asep.

Wakil Ketua DPRD NTB Mori Hanafi mengapresiasi langkah Dishub NTB yang melakukan studi komparasi ke Dishub Kota Bandung.

Mori mengatakan, studi komparasi bisa menjadi masukan yang berharga bagi NTB dalam mengantisipasi kemacetan. Pasalnya, sebagai daerah yang dikenal sebagai destinasi wisata, tren kedatangan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.

"Jawabannya transportasi massal. Memang di Lombok sekarang belum macet, tapi kalau kita biarkan, dua-tiga tahun sudah pasti macet," jekasnya.

Meski demikian, Mori mengatakan sejumlah ruas jalan di jam-jam tertentu kerap mengalami kemacetan akibat penumpukan jumlah kendaraan pribadi maupun kendaraan wisatawan.

Mori menyampaikan, jumlah pertumbuhan kendaraan di NTB mencapai 10 persen setiap tahun, dengan pertumbuhan jalan yang tidak lebih dari 2 persen setiap tahun.

"Kalau datanya seperti itu, bisa kita ketahui hasilnya. Kemacetan Lombok hanya masalah waktu saja kalau tidak diantisipasi sejak dini," kata Mori. (*)