BP3TKI Mataram Berdayakan Dua Desa Kantong TKI

id BP3TKI Mataram

BP3TKI Mataram Berdayakan Dua Desa Kantong TKI

"Dua desa itu diprogramkan untuk kegiatan komunitas keluarga buruh migran dalam rangka memasyarakatkan tiga program BNP2TKI"
Mataram (Antara NTB) - Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Mataram, Nusa Tenggara Barat, menjalankan program Pemberdayaan Komunitas Keluarga Buruh Migran 2017 di dua desa yang menjadi kantong tenaga kerja Indonesia.

Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Mataram Mucharom Ashadi, di Mataram, Rabu, menyebutkan dua desa yang menjadi sasaran program pemberdayaan adalah Desa Jenggik Utara, Kabupaten Lombok Timur, dan Desa Batujai, Kabupaten Lombok Tengah.

"Dua desa itu diprogramkan untuk kegiatan komunitas keluarga buruh migran dalam rangka memasyarakatkan tiga program BNP2TKI," katanya.

Tiga program pemberdayaan yang dilakukan, kata dia, adalah menyebarluaskan informasi terkait negara penempatan TKI dan bagaimana prosedurnya, sehingga masyarakat tahu dan memahami.

Penyebaran informasi tersebut penting dilakukan dalam rangka mencegah warga NTB bekerja di luar negeri secara ilegal sehingga mendapat masalah hukum di luar negeri.

Program kedua adalah memberikan mediasi dan advokasi. Masyarakat di kedua desa binaan akan diberikan pendidikan dan pelatihan untuk tahu bagaimana cara mengadu ketika mengalami masalah saat masih bekerja di luar negeri.

"Kemana harus mengadu, bagaimana mengurus hak-haknya, kepada siapa dia nanti minta pertanggungjawaban. Semua informasi tersebut kami sampaikan," ujarnya.

Program pemberdayaan ketiga, lanjut Mucharom, adalah pemberdayaan TKI purna dan keluarganya. Mereka diberikan pelatihan dan dibekali dengan keterampilan berwirausaha agar bisa mandiri sehingga tidak terus menerus mengandalkan TKI sebagai sumber pendapatan utama.

BP3TKI Mataram memfokuskan pada keterampilan usaha sesuai dengan potensi desa. Misalnya, Desa Jenggik Utara lebih dominan di sektor pertanian, sehingga keterampilan yang diberikan adalah cara pembuatan keranjang buah, mengolah singkong dan pisang menjadi kripik.

Sementara di Desa Batujai fokus pada keterampilan kerajinan tenun dan pengolahan hasil pertanian menjadi produk bernilai ekonomi. Salah satunya singkong menjadi kripik.

Program pelatihan, kata dia, dilakukan selama satu minggu, namun pemberdayaan masyarakatnya berlangsung selama tiga bulan atau masyarakat yang dilatih sudah benar-benar mampu menjalankan usaha secara mandiri.

Komunitas keluarga buruh migran yang menjadi sasaran program pemberdayaan akan diberikan peralatan pendukung usaha dan difasilitasi bagaimana cara mengolah dan mengemas produk.

Selain itu, akan difasilitasi untuk memperoleh sertifikat halal dan bagaimana cara mengakses kredit usah rakyat di bank milik pemerintah.

"Pemberdayaan keluarga buruh migran kami laksanakan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan menggandeng Bank Rakyat Indonesia, serta Majelis Ulama Indonesia," kata Mucharom. (*)